Pendidikan Anak usia 15-21 Tahun
MENJADIKAN ANAK SEBAGAI SAHABAT (usia 15-21 tahun)
Membekali anak dengan keahlian hidup
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الشَّامِ أَنْ عَلِّمُوا أَوْلادَكُمُ السِّبَاحَةَ وَالرَّمْيَ وَالْفُرُوسِيَّةَ
Artinya, “Umar bin Khattab telah mewajibkan penduduk Syam supaya mengajar anak-anak kamu berenang, dan memanah, dan menunggang kuda.”
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anak menginjak akil baligh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali bin Abi Thalib Ra.
Cara Menghadapi Anak Usia Remaja Dalam Masa Peralihan Menuju Dewasa
1. Berbicara dari hati ke hati Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah beraanjak dewasa dan akan memasuki masa peralihan. masa dimana anak akan mengalami proses pencarian jati diri.
2. Memberi ruang lebih Setelah memasuki usia akil baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun tetap dalam pengawasan dan arahan serta bimbingan kita.
Controlling atau pengawasan tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdoa untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, dihargai dan disayangi.
3. Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat. Waktu usia 15- 21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak- anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan pantang menyerah.
Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik- adiknya, mengerjakan beberapa pekejaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola kuangannya sendiri, serta menyelesaikan masalahnya sendiri.
4. Membekali anak dengan keahlian, keterampilan/Skill.
Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah” (Riwayat sahih Ima Bukhari dan Imam Muslm) Secara harfiah.
Olah raga berkuda, berenang dan memanah adalah olah raga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.
Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
a. Berkuda = Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memiliki rasa keberanian, percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.
b. Berenang = Survival of Life , mendidik anak agar selalu bersemangat, mampu memprediksi, tidak mudah menyerah dan tegar dan kuat dalam menghadapi masalah.
b. Memanah = Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, ketelitian, mampu merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya, dan berusaha foccus pada tujuan.
Dengan menjadikannya seperti sahabat, anak akan merasa nyaman berbagi tentang hal apapun, ia tidak akan merasa takut akan dihakimi tentang permasalahannya karena ia memiliki tempat terbaik untuk berdiskusi dalam segala hal. Tentunya kita tidak ingin anak justru salah mendapatkan pengertian tentang hal-hal tertentu dari luar yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebaikannya?Dengan menjadikannya sahabat berarti kita harus tahu apa yang Dia (anak) mau. Dengan menjadikannya sahabat berarti kita harus saling membantu, mengingatkan, mendukung, memotifasi, mensuporteri.
Dengan menjadikannya sahabat berarti kita bisa mengetahui isi hatinya, kemauannya, keinginannya, masalahnya. Sehingga dengan demikian kita sebagai sahabat yang notabennya adalah Orangtua dapat membantunya, membimbingnya, mengajarinya, sekaligus mengontrolnya, mengawasinya dan mengarahkannya.
Komentar
Posting Komentar